Monday 24 June 2013

PT. Nusuno Karya, Kisan Mantan Guru Yang Jadi Miliarder

Tak ada perumpamaan ‘orang bodoh atau pintar’. Yang ada hanyalah orang malas dan rajin. Dan semua profesi atau pekerjaan bisa dilakukan oleh orang yang tidak malas. Begitulah prinsip hidup Cipto Sulistio.  Ia dikenal sebagai sosok yang workaholic. Dengan prinsip itu, di usianya yang masih muda, yakni 43 tahun, pria berpenampilan sederhana ini berhasil menjadi pengusaha properti, melalui bendera Grup Nusuno Karya, yang cukup diperhitungkan. “Seandainya dalam sehari ada 36 jam, saya akan lebih banyak mencurahkan waktu untuk bekerja. Bagi saya, hidup ini adalah bekerja, bekerja dan bekerja,” ungkapnya.
Grup Nusuno Karya telah menciptakan karya properti di 40 lokasi sejak 1995. Antara lain perumahan Puri Bintara Regency, Bintara Estate, Puri Kranji Regency, Puri Juanda Regency, Puri Pakujaya Regency, Spring Season, Patriot Center, dan Violet Garden. Mereka juga memiliki portofolio apartemen yakni Square Garden di Cakung, Jakarta Timur dan Eastonia di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi.

Ayah dua anak ini menuturkan, Grup Nusuno Karya didirikan pada tahun 1990. ”Nusuno itu diambil dari nama tiga orang pendirinya,” ujar anak purnawirawan Angkatan Darat RI ini. Saat usianya 23 tahun, ia bersama dua temannya, Nuzulul Haque dan Danardono, mendirikan Nusuno yang awalnya berkonsentrasi di jasa kontruksi dan konsultan perencanaan bangunan. Nasib baik, kedua temannya yang dulu sama-sama sekolah di SMP 42, Jakarta Selatan, itu adalah anak pejabat, sehingga banyak mendapat proyek. Sayang, keterlibatan keduanya tak berlangsung lama. Alhasil, Ciptolah yang menjadi nahkoda Nusuno dan selanjutnya menjadi pemilik tunggal.

Jauh sebelum terjun di industri properti, lulusan Sastra Inggris Universitas Nasional, Jakarta, ini sempat mengajar bahasa Inggris di lembaga kursus LIA dan LPIA. Namun, akhirnya ia pindah jalur, dari guru  menjadi entrepreneur dengan modal awal dari pinjaman bank sebesar Rp15 juta. “Saya tetap menerapkan prinsip guru yakni memberikan solusi dalam menjalankan perusahaan,” ujar Cipto yang sering memonitor proyek yang dibangunnya pada dini hari.

Salah satu langkah yang patut dicontoh dari jiwa wirausahanya adalah memproduksi properti dengan production cost seminimal mungkin. Caranya, dengan membuat unit usaha pendukung seperti pabrik cat, rangka atap baja ringan, dan kusen UPVC. Ia juga memiliki tambang pasir dan rental alat-alat berat. “Sebagian besar unit usaha untuk memenuhi kebutuhan proyek Grup Nusuno Karya. Dengan begitu kami bisa menekan harga,” tandasnya  seraya mengatakan ke depan bakal mengoleksi alat yang bisa memproduksi bahan bangunan untuk dinding yang lebih murah. Selain itu, kelompok usaha ini juga merambah sektor finansial dengan mendirikan Bank Perkreditan Rakyat/BPR, minimarket, dan lembaga pendidikan.

Tahun ini, sebanyak 11 proyek properti, di antaranya Automall di Bekasi, perumahan di Cilebut-Bogor, dan apartemen plus mal di Cikokol – Tangerang, bakal
dibangun. Suami Sri Pandanwangi ini telah menyiapkan dana sebesar Rp400 miliar untuk membangun merealisasikan semuanya. Tentu dana itu tidak cukup. Untuk itu, inisiasi penawaran saham ke publik akan ditempuh. “Tahun ini go public melalui PT Sarana Pondok Sejahtera Abadi. Saya berharap bisa meraih Rp500 miliar untuk mendanai proyek-proyek tadi,” ungkap Cipto yang juga tengah menyiapkan mixed use development seluas 250 hektar yang terdiri atas apartemen, mal, pertokoan, dan landed house dengan investasi mencapai Rp3 triliun-4 triliun di kawasan Cipondoh, Tangerang.

Cipto optimis proyek barunya dapat diterima pasar. Mengacu pada kinerja 2010, di mana ia   berhasil memasarkan 600 unit properti senilai sekitar Rp600 miliar. Tumbuh dari 400 unit pada 2009. Sementara tahun 2011, ia menargetkan 1.000 sampai 1.500 unit properti terjual.

No comments:

Post a Comment